Jumat, 23 Oktober 2015

Tidak Semudah Membalikkan Telapak Tangan



Sudah hampir setahun saya tinggal satu rumah kontrakan dengan teman lama kampus sekaligus teman di kantor lama. Dan hanya di awal saja hubungan pertemanan kami bisa dikatakan baik-baik saja bahkan kompak. Tapi oleh karena pergeseran karakter yang berawal dari saya seorang yang cukup perfeksionis dalam hal kebersihan dan kerapihan rumah bersama kami tersebut. 

Awal kami mendiami rumah itu saya usulkan untuk membuat jadwal piket kebersihan rumah dan sudah sama2 setuju tapi tidak semua bisa melaksanakannya dengan baik. Yah, jujur saya cukup kecewa setelah beberapa kali piket tidak dikerjakan setiap harinya dan saya mencoba sampaikan kekecewaan saya tersebut. Tapi mungkin salah satu teman satu rumah kontrakan kami ini tidak terbiasa ditegur atau tidak suka ditegur, saya juga tidak mengerti. 

Karena setelah itu perlakuannya terhadap saya menjadi kurang enak dan lebih sering mendiamkan saya. Saya mencoba mengkoreksi diri dan mencoba untuk bertanya padanya apa kira-kira salah saya padanya sehingga dia mendiamkan saya. Dan saya juga meminta maaf padanya kalau mungkin saya tidak sadar ada kata-kata saya yang menyakitkan hatinya. Tapi dia diam saja.

Sungguh teramat sedih diperlakukan seperti itu walau saya sudah minta maaf. Kemudian saya pun membawanya kepada Tuhan. Saya ceritakan masalah hati saya itu secara detail dan tanpa kusadari air mataku pun terjatuh tapi setelah itu terasa lega. Seakan-akan Tuhan berkata kepadaku, kamu sudah melakukan hal yang benar, sudah meminta maaf kepada teman 1 kost mu itu, masalah dia mau memaafkan atau tidak itu belakangan, tunjukkanlah yang Terbaik untuknya. Hati saya sangat lega setelah bercerita pada TUHAN. Dan sejak dari itu, saya pun berusaha selalu untuk tetap menjalin komunikasi dengannya walau masih sering diabaikan, saya coba untuk selalu tersenyum sambil mengingat apa kata Tuhan pada saya. 

Menjalani kehidupan memang tidak semudah membalikkan telapak tangan, ada proses yang luar biasa yang harus kita jalani. Ketika kita lelah, lemah, hilang arah, daya serta kekuatan dan cara kita sendiri, kita akan menjumpai jalan buntu. Datang pada TUHAN, menangis dihadapan TUHAN. Ceritakan semua hal yang menyesakkan hati dan jiwa kita. Berserah dan berharap pada TUHAn sepenuhnya. Izinkan Tuhan mengganti kelemahan dan kelelahan kita dengan kekuatanNya sempurna. Ia adalah Tuhan yang baik dan tahu yang terbaik bagi kita.

Tidak ada komentar: