Tampilkan postingan dengan label Tulisan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Tulisan. Tampilkan semua postingan

Selasa, 09 Juli 2019

Review Film "TEST PACK YOU'RE MY BABY"

https://g.co/kgs/o5vLm8




Ada yang sudah pernah nonton film ini gak?
Jujur, aku pribadi baper luar biasa menonton film ini. Karena seakan2 aku melihat sosok hidupku (walau masih usia 3 tahun pernikahan) di peran seorang wanita bernama Tata di film ini.
Sampe pada segmen si Tata itu nangis sejadi2nya, itu...aku banget pernah alami sampe drop luar biasa.

Bersyukur punya teman2 yg mau dan selalu menguatkan kami. Dan kembali diingatkan dlm film ini kenapa yaa kita menikah? karena apa? jawabannya cuma satu, karena dua-duanya mau menghabiskan sisa umur yang ada bersama2, untuk kebahagiaan bersama. Kenapa saling cinta dua-duanya? Karena apa adanya kita dan pasangan kita, itu sudah saling melengkapi untuk terus menjalani hidup ini sama-sama.

Jadi gaes, buat yg mau berencana menikah..coba tanya sm diri sendiri juga pasanganmu, apa tujuan kalian menikah? Lalu, kalau sekiranya Tuhan tidak mengaruniakan anak, kalian tetap siap gak dengan kemungkinan2 yg terjadi termasuk apa kata orang lain ttg hidup kalian? Yah, memang benar menjalaninya tidak semudah untuk mengucapkan nya. Tapi ini real,, kita memang harus berani menghadapi kenyataan yang terjadi di dlm hidup kita. Walau tentunya kita berharap Tuhan berikan bonus karunia seorang anak di keluarga kecil kita.

Selamat mengisi hari2 bahagiamu dgn pasangan mu yah.
Jangan lupa bahagia..😘😊

Senin, 26 Mei 2014

HIDUP ini adalah sebuah BUKU CERITA


HIDUP ini adalah sebuah BUKU CERITA


HIDUP ini adalah sebuah BUKU CERITA dimana Penulis menuliskan sebuah kisah tentang kita adalah tokohnya.
 









BILA KURENUNGKAN KASIH TUHAN
Yang t`lah menyelamatkan diriku
Walau salib berat ditanggungNya
Apa balasanku padaNya
S`perti Kristus mengasihi daku
Ku mau mengasihiNya selalu
Membawa Injil keselamatan
Sampai Tuhan datang kembali

O bukan pada harta yang fana
Sukacita itu bertumpu
Tapi sungguh takkan percuma
Bila melayani Tuhanku

Meski tantangan datang menimpa
Dan salib dunia menindih
Semua kan ringan terasa
Bila kuingat kasih suci
Bagai sungai yang jernih dan sejuk
Turun dari gunung yang tinggi
Begitu kiranya daku menjadi
Pelayan kasihMu ya Tuhan

Jumat, 12 Juli 2013

Tulisanku 3B "Bahagiaku Bila BersamaMu"


Dikala ku sedih, Kau menghiburku. 
Dikala ku sakit, Kau sembuhkanku. 
Dikala ku terjatuh, Kau menopangku hingga tak sampai tergeletak. 
Dikala ku tidak jeli melihat sesuatu, Kau celikkan mataku hingga ku tersadar kembali. 
Hanya Engkaulah, pribadi yang mengenal hatiku. 
Tiada yang tersembunyi bagiMu. 
Hanya dekat padaMu lah hatiku merasa damai. 
Banyak hal yang kulewati bersamaMu. 
Tawa, bahagia, sedih, nangis ku hadapkan padamu 
dan ku bisa melewatinya hanya karna bersamaMU. 

Disaat ku tak tahu harus berkata2 apa kepada adik kelompokku, 
agar mereka menyadari akan kekeliruan tindakannya selama ini, 
Kau mengirimkan roh pengertian dariMu kepada mereka 
hingga mereka sendiri yang menyadari dan mengakui 
bahwa itu semua memang benar2 salah dan keliru. 

Disaat ku tak kuasa menahan ejekan dan sindiran dari teman2ku 
karena aku tidak mau memberikan jawaban ujian, 
Engkau hibur dan kuatkanku dengan Kasihmu. 
Sehingga, walaupun mereka sedikit sinis bila masa2 ujian tiba.. 
mereka tetap menjadi teman baikku di luar jam ujian tersebut. 

Begitu juga dikala aku merasakan kegalauan ketika mengerjakan skripsi. 
Banyak hal yang menggodaku untuk bisa lari dari JalurMu. 
Aku tahu Kau takkan membiarkanku melakukannya, 
hingga Kau membukakan Jalan untukku. 

Sungguh senang kala aku mengingat Kasih dan MujizatMu 
yang Kau nyatakan langsung padaku hari demi hari. 
Terimakasih untuk semua teman2 dan sahabat2 yang Kau kirimkan padaku. 
Terimakasih untuk orangtuaku. 
Terimakasih untuk KasihMu. 
Terimakasih untuk AnugrahMu. 
Terimakasih untuk BerkatMU. 
Terimakasih untuk Segala sesuatunya. 

I Love U




Senin, 08 September 2008

"My Letter to God"


Aku baru saja menonton sebuah film berdasarkan kisah nyata yang sangat mengharukan, berjudul “A Letter to God”. Film ini menceritakan tentang seorang anak bernama Tyler berumur 8 tahun yang menderita sakit kanker otak. Anak ini lewat hidupnya Ia mengenalkan orang-orang kepada Tuhan, mengajar orang disekelilingnya akan kasih, pengampunan, dan iman. Lewat kehadirannya yang singkat di dunia, ia menggunakan hidupnya sebagai prajurit Tuhan. Setiap harinya Tayler mengirim surat kepada Tuhan lewat seorang tukang pos. Surat-suratnya akhirnya menginspirasi orang-orang untuk berbuat sama, banyak yang akhirnya bertobat dan mengenal Tuhan. Bahkan setahun setelah kematiannya, ribuan surat ditujukan kepada Tuhan membanjiri kantor pos.

Kisah yang begitu menginspirasi ini tidak jauh berbeda dengan kisah yang dialami keluargaku ketika mamaku sakit. Tadinya, aku memilih untuk hanya memendam cerita ini sendiri, tetapi ku tahu Bapa inginkan hal ini dibagikan ke orang-orang. Aku berdoa agar kiranya kisah mamaku juga bisa memberikan insipirasi bagi banyak orang. Dan inilah suratku untuk Tuhan :

My letter To God

Enam tahun yang lalu tepatnya tahun 2005 adalah awal mamaku divonis kanker darah. Mamaku menderita leukemia. Mamaku memeriksakan penyakitnya. Hasil diagnosis dari medical check up nya menyatakan mamaku sakit tumor, tetapi kemudian setelah beberapa kali pemeriksaan kesehatan mamaku dinyatakan sakit kanker. Berita ini membuat kami sekeluarga sangat terpukul termasuk mamaku sendiri. Mamaku shock berat. Sejak saat itu kondisi mamaku terus menurun, sering muntah-muntah, sering demam, dan berat badannya turun drastis dari 80 kg menjadi 50 kg. Mamaku harus terus bergantung pada obat-obatan. Pada suatu malam mamaku demam dan kami pergi ke berobat ke praktek dokter dekat rumah dan obat yang diberikan harus diminum saat itu juga. Ternyata ketika sampai di rumah, obat yang diberikan dokter tersebut pro kontra dengan tubuh mamaku, mamaku mengigil dan aku sangat kalut. Aku sangat panik karena hanya ada aku dan mamaku. Aku hanya bisa menangis karena panik dan yang terpikirkan olehku hanyalah mengajak mamaku berdoa. Sambil meneteskan air mata, aku bilang:" Mak, ayok kita berdoa ya, percaya saja mama pasti akan baikan. .Bapa tolong sembuhkan mamaku ya Bapa, tolong dia ya Tuhan, dan di tengah malam begini tidak ada satupun yang bisa menolong kecuali Engkau ya Bapa, sembuhkanlah mamaku, aku dan mamaku mengamini akan terjadi keajaiban, Amin. “ Segera setelah itu mamaku pun baikan, aku pun langsung mengambil air hangat dan mencoba menelepon keluarga, dan syukur nantuaku bisa dihubungi, malam itu juga kami membawa mamaku ke RS dan diopname.

Tahun selanjutnya keadaan mamaku masih tidak stabil, kadang terlihat sehat, tapi sering sekali tiba2 drop, mamaku sering keluar masuk RS. Sepulang sekolah aku langsung merawat mamaku di RS. Keadaan ekonomi keluarga kami pun menipis. Biaya obat-obatan dan rawat inap RS sangat besar dan pada saat itu aku masih duduk di kelas 3 SMA, dan dua adikku masih SMP sedangkan kakakku masih kuliah, jadi membutuhkan biaya yang besar untuk menghidupi kami. Bapak yang biasanya sangat tegar, menangis karena tidak ada uang untuk membayar biaya selama mamaku di RS, bahkan bapakku sudah usaha meminjam duit kepada teman-temannya, tetapi belum membuahkan hasil. Aku pun hanya bisa tertunduk, ingin sekali lari dari kenyataan, karena aku tidak tahan melihat bapakku menangis. Tetapi ternyata berkat Tuhan tak berhenti, bank mencairkan pinjaman bapak. Setelah itu, kami pun masih sering kekurangan uang, bahkan di saat aku sudah kuliah, sering akhir bulan tidak punya uang sepeser pun untuk makan. Tangisan demi tangisan tak pernah berhenti, bahkan doa-doa terus kami panjatkan untuk kesembuhan mamaku.

Mamaku di tengah-tengah sakitnya, ia tidak pernah mengeluh. Semangat juangnya untuk hidup sangat tinggi. Mamaku adalah seorang guru SMP. Dia mempunyai dedikasi yang tinggi. Pernah suatu kali kami melarangnya pergi mengajar karena baru dua hari keluar dari RS, tetapi mamaku tetap bersikeras bahwa ia harus bertemu anak didiknya. Sering sekali mamaku harus dipapah pulang murid-muridnya karena lemas ketika mengajar. Mamaku selalu tersenyum kepada orang lain, bahkan kepada kamipun dia tidak pernah bilang kalau sedang kesakitan. Mamaku terus bersuka cita dan mengimani kalau dia akan sembuh.Mamaku tidak pernah membiarkan kami menangis di depannya karena itu justru akan membuatnya sedih. Saat aku melihat mamaku terbaring lemah, pucat pasi, dan dipenuhi selang aku berusaha tersenyum. Hal ini adalah hal yang paling menyulitkan dan menyayat hati , harus tersenyum dengan hati yang telah hancur berkeping-keping. Sakit sekali rasanya mencoba untuk tidak menangis melihat di depan kita orang yang kita sayangi tidak berdaya. Tapi itu harus dilakukan untuk menghibur mamaku, meskipun berulang kali baik aku, ataupun kakakku harus pergi keluar mencari tempat untuk menangis agar mamaku tidak melihat.

Tahun pertama mamaku sakit, banyak saudara atau teman yang datang malah menjatuhkan semangat kami. Mereka kadang dengan pedas seakan tidak peduli dengan perasaan kami mengatakan kalau mamaku hanya mungkin bisa bertahan selama satu tahun. Pedih rasanya, makin dalam rasa perih itu mendengar kata-kata yang hanya membuat kami down. Acap kali kami menangis sesenggukan ketika kata-kata pahit itu sampai ke telinga kami.

Di tengah kondisi seperti itu di saat mamaku dirawat di salah satu RS di Medan, banyak dokter yang kurang bertanggung jawab. Terkadang kondisi mamaku malah lebih parah setelah masuk RS. Sampai suatu hari kami mengechecknya ke apotek, ternyata dokter memberikan resep obat dosis tinggi yang harus dibeli di luar obat yang disediakan di RS. Obat itu adalah obat mag dosis tinggi yang jika dikonsumsi sekaligus bisa berbahaya. Kami pun membuang obat itu segera. Dan banyak lagi kasus RS selama mamaku dirawat, sehingga hampir semua RS baik di Siantar atau Medan yang dijalani mamaku. Entahlah apa yang mereka kejar, tidakkah mereka2 itu memikirkan nyawa orang lain.

Tahun 2007, aku meneruskan kuliahku ke Medan sesuai keinginan mamaku. Sangat berat buatku untuk meninggalkan mamaku di siantar. Bapakku juga hanya pulang sekali seminggu dikarenakan harus bekerja di luar kota . Mamaku dijaga oleh dua adikku yang cowok. Aku sangat takut, karena sepintar-pintarnya cowok merawat, pasti lebih ngerti dan telaten kalau anaknya yang cewek merawat. Tapi aku bersyukur adik-adikku cepat belajar dan mereka menjaga mamaku dengan baik, khususnya adikku Jofrey. Pada tahun 2009 adikku yang paling kecil lulus di salah satu perguruan tinggi negri Medan, demikian juga dengan adikku Jofrey, ia diterima di sekolah perkebunan. Mamakupun tinggal sendirian di Siantar. Saat aku sedang ujian UAS, tiba-tiba aku mendengar kabar kalau mamaku masuk rumah sakit lagi dan tidak ada yang menjaga di RS. Aku sangat ketakutan, dosenku terkenal sangat kejam dan bisa menggagalkan kalau tidak hadir pada presentasi untuk UAS. Dan hanya aku yang saat itu yang bisa diharapkan pulang karena kakakku juga sedang sidang skripsi. Akhirnya aku nekat meninggalkan ujianku, saat itu aku berdoa : “Bapa Engkau tahu kenapa aku harus pulang, bukan karena aku malas, tapi karena mamaku membutuhkanku, dan kalau karena ini aku harus gagal dan dapat nilai E, aku sudah siap Tuhan. Aku siap kalau harus ngulang tahun depan demi mamaku. Bapa ku serahkan semua ketanganmu, apapun yang menjadi keputusanMu Bapa aku terima. AMin.”

Aku pun pulang kampung. Kejaibanpun terjadi, ketika pengumuman nilai hasil ujian keluar aku sangat terkejut, aku mendapat nilai A dari dosen bersangkutan.

Suatu kali mamaku berkunjung kekos kami di Medan. Mamaku yang saat itu sedang stress karena ada masalah di keluarga, bohong kalau dia belum makan. Pas malam, waktu lagi ngobrol, wajah mamaku tiba-tiba membiru, kami teriak minta tolong, 5 detik mamaku berhenti bernafas. Kami langsung manggil ambulance. Paginya mamaku akhirnya sadarkan diri. Saking takutnya aku berpikir mamaku akan pergi, karena pada malamnya mamaku bilang ke aku dia melihat dua orang baju putih masuk ke ruangan. Aku menitipkan mamaku sebentar kepada temanku dan memanggil kakakku yang sedang di kamar mandi , kami berlari ke depan posko perawat, Kakakku bertanya apa yang sedang terjadi. Aku jawab , “ Kak…….tau ga tadi mama bilang apa? Mama bilang ada malaikat yang datang kak. Aku ga rela kak kalau mama dipanggillah… ga mau aku,,,, ga bisa aku kalau mama dipanggil.”

Kamipun nangis berpelukan, semua orang melihat kearah kami tapi kami sudah ga peduli lagi. Tuhan menjawab doa kami, dan mungkin Tuhan melihat kalau kami memang belum sanggup untuk terpisah. Tuhan pun masih kasih umur panjang ke mama.

Kian hari kondisi mamaku kian memburuk, hingga bulan Desember bagaikan tersambar petir aku ketika mendengar kabar dari kampung. Waktu itu sedang liburan dan mamaku di RS dijaga dua adikku di siantar. Aku dan kakaku masih di Medan karena belum libur. Mamaku jatuh dari tempat tidur, dan mengalami pergeseran tulang di punggungnya. Mendengar kabar itu aku dan kakakku menangis sejadi-jadinya, kamipun langsung berangkat. Sepanjang perjalanan menuju siantar aku dan kakaku tidak banyak berbicara, kami hanya diam menangis. Mamaku semakin lemah. Ia kesulitan bergerak, mamakupun harus dipasangi alat penyangga untuk penopang tubuhnya. Tak lamapun setelah itu ternyata adikku tidak memperhatikan mamku karena kelelahan dan tertidur, mamaku jatuh lagi di kamar mandi RS. Mamaku tidak bisa duduk, harus bersandar terus di tempat tidur. Miris sekali rasanya sewaktu mamaku tidak percaya kalau dia tidak bisa lagi menggerakkan punggungnya, dia mencoba bangkit. Waktu itu mama bilang : “Eh kenapa ini, mamak mau bangun, angkat dulu badan mamak ini, koq susah kali bangkit, pegang kalian dulu”. Kami bingung menjawab, sambil berusaha menahan air mata dan tersenyum kami cuma bisa bilang, “ : Mak, tadi kata dokternya mama belum boleh banyak bergerak dulu, harus bersandar ya mak, bukannya kami ga mau megang mamak,cuma nanti kalau bergeser jadi tambah sakit nanti mak ya, semangat ya mamaku sayang.” Mamaku diam dan tidak menjawab, tergurat jelas di matanya kekecewaan dan kesedihan.

Mamaku semakin sering muntah-muntah, bahkan untuk makan dua sendok nasi saja, ia harus banyak minum supaya tidak muntah. Setiap makan kami harus mengajaknya berbincang untuk bisa makan. Semenjak mamaku sakit ia hanya bisa makan bubur dan ikan yang direbus dengan kunyit dan bawang. Ingin menangis rasanya melihat mamaku berjuang makan bubur tanpa rasa dan harus muntah berulang kali. Malam-malam terakhir di RS mamaku mulai bertingkah lain dari biasanya.

Hari pertama kakakku yang menjaga di RS, mamaku tiba2 mencabut sendiri infusnya sehingga berdarah-darah, mamaku hanya tertawa dan malah bilang ke dokter, “ Dok, maaf ya haahahaha infusnya lepas.” Sewaktu kakakku telpon aku hanya bisa terdiam. Sebelumnya aku punya teman di RS yang kakeknya dirawat di sebelah ruangan mamaku. Kakeknya sebelum meninggal juga melakukan hal yang sama. Tapi aku coba menepiskan pikiranku. Akupun menceritakan kejadian ini pada salah satu temanku, ketika bercerita dia malah berkata bahwa mama temannya ada yang suka pipis tiap jam ninggal akhirnya. Aku sangat marah kepadanya dan menangis. Aku tau saat itu ia berkata di luar dugaannya. Mungkin Tuhan sedang menyiapkan hatiku lewat temanku ini.

Akupun mulai memikirkan kemungkinan terburuk, kakakku mengajakku bicara,” Sra, seandainyalah kemungkinan terburuk, yah kita tahu kita sayang sama mamak, tapi kalau ternyata misalkan mama dipanggil, kau siap ga?”

“Hmmm gimana ya kak, aku sayang kali sama mamak, Cuma kalau gitu kondisinya terus aku juga ga tega kak, sembuh sebentar, sakit lagi, aku berharapnya sekali sembuh sembuh selamanya biar bahagia mama kalau bisapun aku ajalah yang gantikan mamak kak, menderita kali kayaknya mamak itu, apalagi dengan kondisi tulangnya sekarang, seandainya Tuhan mau panggil aku ga maksakan kehendakku lagi. Sakit kali liat mama sesakit itu, kalau bisa aku yang gantikan biar aku sajalah.”

Kakak Dona : “Iya aku juga berpikiran sama, aku juga dah ga tega liat mama, Tuhan lah yang berkehendak bukan keinginan kita lagi, tapi tetap berharap mama bisa sembuh.”

Malam kedua sewaktu aku jaga, mama berulang kali mau mencabut infusnya, aku bingung sekali tidak pernah mamaku serewel hari itu, dan semenyerah itu, baru kali itu mama minta pulang dari RS, tangganya terus meraih infus berusaha mencabut. Tiap menit mamaku liat jam nanya kapan infusnya dicabut. Mamaku malah marah dan mengancam akan cabut sendiri infusnya. Aku bingung, akhirnya aku tegas bukan karena aku marah, karena waktu itu kondisi mamaku yang sakit membuat sifatnya kembali seperti anak2, aku terpaksa tegas karena sangat takut mamaku nekat,”Ma, janganlah dicabut, kalau mau dicabut ayo kita pulang malam ini juga, biar sekalian kita pulang kalau mama ga mau mama sembuh,” Mamak diam. Akupun melembut dan mengelus rambut mamaku, “ Mamakku sayang, sebenarnya ada apa mak, kenapa mamak? Yang bosannya mamak ya di RS, sabar ya mak nanti kita tunggu dokternya aja ya besok pagi,janganlah mamak tarik infusnya, aku sayang kali sama mamak, jangan lagi ya mak,” kataku berusaha menghibur. “ Mamak bosan di sini, panggillah dokternya sekarang, tolonglah mamak biar keluar dari sini,

Pedih hatiku mendengarnya, karena ga mungkin infus mamaku distop sementara kondisi mama sangat lemah,nasi aja hanya bisa masuk dua sendok, kalau tidak dari infus gimana mamaku bisa bertahan. Mamaku terus merengek minta pulang. Aku sangat bingung, dan berulang kali dia memanggilku menanyakan kapan infusnya dicabut dan terus berusaha nyabut infusnya sendiri. Akhirnya aku minta tolong ke suster untuk berpura-pura bilang kalau infusnya bakal dicabut kalau sudah jam lima pagi. Mamaku pun sedikit tenang,tapi mamaku masih belum bisa tidur. Mamaku malah minta diajak keramas jam dua pagi. “Sra, keramasin nanti mamak ya jam dua pagi.” Aku bingung,” Maksudnya mak,ga mungkin mak ini masih jam dua besok pagi aja ya jam 6 ya.”Tetapi tak berhenti di situ juga sampai pagi mamaku terus meminta ingin keluar kamar, dikeramasin, diajak creambath, dan pergi belanja sama pagi itu juga. Aku berusaha menguatkan hati dan berdoa.

Esoknya pun, mamaku bilang ada banyak sekali orang di ruangan itu padahal hanya ada dua orang pasien di kamar. Dia bahkan liat orang berpakaian seperti suster lagi dan mendengar suara-suara aneh. Hanya bisa terdiam dan menangis setiap kali mamaku bilang gitu. Mamaku berulang kali menanyakan bapakku yang saat itu tidak bisa datang karena harus membayar uang kuliah adikku. Hari ketiga, pagi harinya mamaku keliatan segar walaupun semalaman demam 42 derajat, kami masih sempat tertawa dan berbicang2. Jam 9 kami mengompres mamaku lagi, krn demamnya tidak turun2,sambil berurai air mata, dan saat itulah juga untuk pertama kali mamaku tidak melarang kami menangis. Jam 10 mamaku tertidur lelap, kami senang karena sudah tiga hari mamaku tidak tidur semenitpun. Kami mengira mamaku nyenyak tidurnya. Tapi pada waktu jam 12 waktunya makan siang kami mencoba membangunkan mamaku, mamaku tidak bangun. Pada saat itu bapak sedang dalam perjalanan mau berangkat ke medan dari siantar. Kamipun memanggil dokter, ketika dicubit mamaku diam saja. Dokter menyuruh kami untuk terus membangunkan mama. Kami sangat panik . Suster berusaha memberi air minum dengan menggunakan sedotan, tapi mamaku malah bernafas dari sedotan itu, dengan mata terus tertutup dan nafasnya hanya keluar dari mulut. Kakakku disuruh menebus resep obat kebawah, sementara sepupuku di luar menelpon saudara yang lain supaya datang karena kondisi mamaku sudah gawat. Tinggallah aku sendiri di ruangan. Aku terus mencoba membangunkan mamaku, dan tiba-tiba aku melihat mamaku berhenti bernafas, aku berlari sekencang mungkin memanggil perawat, ketika aku kembali mamaku masih bernafas sebentar, dan perawat yang sama sekali hanya memikirkan uang itu malah menyuruhku menelepon kakakku karena tidak ada lagi gunanya menebus resep. Dokterpun memeriksa, dan aku hanya sendirian ketika melihat mamaku menghembuskan nafas terakhirnya. Aku terdiam karena seperti mimpi dan tidak percaya, menangis tidak mengeluarkan suara karena shock berat hingga akhirnya kakakku sampai di ruangan dan menangis kencang baru aku bisa menjerit. Kakakpun langsung menelepon bapak dan adikku,” Pak, langsung balik ke rumah ya, ke siantar , persiapin semuanya, mama udah dipanggil pak. “ Tanggal 28 Februari 2010 jam dua siang mamaku dipanggil ke surga-Nya.

Sangat susah sekali awalnya menerima kenyataan bahwa kami berjuang untuk mama kami selama lima tahun gimana biar mama sembuh. Tapi akhirnya kini aku mengerti bahwa itulah rancangan Tuhan yang terbaik, setidaknya mama tidak kesakitan lagi sekarang, dia sudah tenang di sana. Selama lima tahun itu juga Tuhan banyak memberikan pelajaran berharga, pembentukan karakter kami dan selama itu pula penyertaan Tuhan terasa begitu nyata lewat suka duka yang kami alami. Semuanya menyadarkan bahwa Tuhan memberikan ibu yang sangat hebat, yang berjuang penuh bagi anak2nya bahkan di saat sakit tetap mengajar dan jualan demi kami, yang tetap tersenyum di kala sakitnya menyerang, tidak mengeluh, mendorong orang-orang untuk semakin dekat dengan Tuhan. Lewat hal inilah kami juga bersyukur punya ayah yang sangat menyayangi kami, berjuang kesana kemari mencari obat ibuku, tetap kuat sampai hari ini, melindungi kami, dia tetap jadi orang tua hebat sekalipun sekarang mama tidak lagi di sampingnya. Dan kisah film “ A letter to God” juga menguatkanku untuk menerima apa yang menjadi kehendak Tuhan buatku dan keluarga. Semuanya mendatangkan kebaikan, dan semakin mencintai dia Yesus pribadi yang terlebih dahulu mengasihi semua orang, juga terlebih lagi keluargaku.

Suratku kepada Tuhan : Bapa aku berdoa agar siapapun yang membaca kisah mamaku bisa terbekati dan makin dekat kepada-Mu ya Bapa. Terimakasih ya Bapa telah menjagai mamaku di sana dan terimakasih telah mengirimkan saudara-saudaraku yaitu bapak, adik, dan kakakku yang sangat hebat yang saling mengasihi satu dengan yang lain. Terimakasih juga buat sepupuku Medi, dan bou yang banyak membantu di RS, dan orang-orang lainnya yang telah memberi dukungan baik support maupun materi. Biarlah kisah ini dapat dibaca hingga menginspirasi siapapun, juga bagi saudara yang terkena kanker agar tetap berpengharapan pada-Nya

AMIN






[June 26, 2011 at 1:50pm by Ezra]